Samuel Warella

Selasa, 27 September 2011

Profil Om Jo dan Sejarah GMKI oleh : Andre Manusiwa, SE

Profil Om Jo dan Sejarah GMKI oleh : Andre Manusiwa, SE

oleh Andre Manusiwa (Mantan Ketua Umum GMKI Masa Bakti 2002-2004)
pada 19 September 2010
 
1. Johanes Leimena dan Nasionalisme

Pria kelahiran Ambon, tepatnya di desa Ema pada tanggal 6 Maret 1905 ini berasal dari sebuah keluarga yang sederhana. Menghabiskan waktunya di Ambon sampai usia 9 tahun, hidupnya kemudian berlanjut di pulau Jawa bersama pamannya. Sebagian waktu pendidikan dasarnya dijalaninya di tengah keluarga, sebelum memasuki lingkungan yang lebih hetorogen baik di ELS (Europeesch Lagere School) maupun di Paul Krugerschool (Sekarang SMP PSKD).
Dari latar belakang keluarga guru yang berdisiplin dan taat beragama serta pendidikan yang menekankan mutu intelektual, membuat Leimena bertumbuh dalam kepekaan lingkungan sosialnya. Di STOVIA yang pada saat itu dekenal sebagai kampus perjuangan, Leimena muda mulai menempa hidupnya untuk berjuang membebaskan bangsanya dari kekuasaan kolonial. Perjumpaannya dengan Dr. I.L Van Doorn seorang ahli kehutanan tropis yang diutus oleh NCSV (Nederlanche Cristelijke Studenten Vereniging) semakin mematangkan pemikirannya. Mereka berdua kemudian membentuk CSV op Java pada tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang Yogjakarta. Melalui CSV op Java inilah, Leimena mematangkan pemahamannya mengenai kenyataan Kolonialisme, Nasionalisme dan Gerakan Oikumene. Selain itu Om Jo juga terlibat dalam perkumpulan “Jong Ambon” sebagai Ketua Umum dan ikut aktif dalam persiapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Pengalaman dimasa mudanya menjadikannya seorang pemimpin pada zamannya, Leimena bahkan disegani oleh kawan maupun lawannya. Berbagai jabatan politik pernah disandangnya yakni Menteri Kesehatan pada berbagai kabinet, Menteri Sosial, Menteri Distribusi, Wakil Menteri Pertama,Wakil Perdana Menteri bahkan “Om Jo” oleh Soekarno dipercayakan sebagai Pejabat Presiden sebanyak 7 (tujuh Kali). Di Legislatif, Leimena pernah menjadi Anggota DPR-RI/Anggota Konsituante/Wakil Ketua Konsituante RI tahun 1956-1959. Selain itu Leimena juga pernah menjadi menjadi anggota DPA-RI (Dewan Pertimbangan Agung).
“Om Jo” Juga tekun di bidang kesehatan, dunia yang digelutinya semasa bangku pendidikan. Orang kemudian mengenal “Salep” Leimena yang Mujarab bahkan Konsep PUSKESMAS yang terkenal sampai dengan saat ini. Beberapa Rumah Sakit Pernah dipimpinnya seperti Rumah Sakit Banyu Asih Purwakarta, Rumah Sakit Tanggerang, dan Rumah Sakit PGI Cikini.
Pengabdian yang besar kepada bangsanya, membuat Leimena memperoleh tanda Jasa/tanda Kehormatan oleh negara maupun dunia Internasional. Oleh Negara Leimena memperoleh Bintang Gerilya, Bintang Mahaputera Kelas II, Satya Lencana Pembangunan, Satya Lencana Kemerdekaan, Satya Lencana Karya Satya Kelas I. Beberapa Negara yang memberikan tanda kehormatan yakni, Filipina, Bolivia, Rumania, Yugoslavia, Ekuador, Thailand, Republik Persatuan Arab, Kamboja, Meksiko.
Gagasan tentang Kewarganegaraan yang bertanggung jawab adalah sebuah pemikiran “Om Jo” yang begitu monumental. Menurut Om Jo, fungsi negara dalah mengatur, melindungi dan mempertahankan kehidupan sebagai satu kesatuan. Negara dengan demikian mempertahankan dan melindungi kehidupan dan hak-hak dari penduduknya. Negara mengatur hal-hal ini atas dasar hukum keadilan (rechten rechvaardigheid). Adanya fungsi negara untuk mengatur, melindungi dan mempertahankan kehidupan warga negara akan menumbuhkan konsepsi warga negara yang bertanggung jawab. Warga negara yang bertanggung jawab berarti bahwa warga negara turut bertanggung jawab atas seagala sesuatu yang berlaku dalam negaranya. Ia turut bertanggung jawab atas maju mundurnya negara itu. Terhadap kemajuan ia memuji pemerintah, terhadap kemunduran, ia memberikan kecaman kepada pemerintah melalui saluran-saluran yang legal. Karena itu, kita hanya dapat mengatakan bahwa kita adalah warga negara yang mau turut bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berlaku dalam negara, jika kita mempunyai keinsyafan kenegaraan (saatsbewustzijn).
Ridwan Saidi mantan ketua umum PB HMI dalam perjumpaannya dengan “Om Jo” menceritrakan bahwa dengan pemikirannya yang kritis “ Om Jo” pernah meminta kepada Soekarno Presiden pertam RI untuk tidak membubarkan HMI yang pada saat itu dianggap sebagai anderbouw MASYU,MI. Om Jo menggap bahwa HMI adalah salah satu elemen bangsa yang turut memperjuangkan masa depan Indonesia, Om Jo menganggap bahwa tindakan ini tidak demokratis. Sebagai seorang anak Maluku yang lahir di Ambon dan kemudian melanjutkan hidupnya di tanah Jawa Leimena bahkan tidak pernah menunjukan sikap sebagai keambonannya yang smpit seperti pengakuan Dr.G.A. Siwabessy dalam perjumpaannya dengan Om Jo di Kaliurang tahun 1931. Om Jo dengan Jong Ambon bahkan berjuang membangun kesadaran kebangsaan dikalangan orang Ambon saat itu, Sebagai Ketuanya Om Jo terlibat dalam mempersiapkan deklarasi Sumpa Pemuda dalam Kongres Pemuda I pada tanggal 28 Oktober 1928. Momentum ini kemudian menjadi momentum bersejarah dalam perjuangan Indonesia merdeka, kerana munculnya sebuah kesadaran nasionalisme dikalangan generasi muda saat itu. 

2. Dr Johanes Leimena dan GMKI
Perkenalan “Om Jo” diawali ketika pertemuannya dengan Dr C.L Van Doorn Seorang Ahli Kehutanan Tropis yang diutus oleh NCSV (Nederlanche Cristelijke Studenten Vereiging) guna melayani mahasiswa Kristen di Hindia Belanda. Leimena saat itu sementara melanjutkan studinya di STOVIA. Mereka berdua kemudian mendirikan CSV op Java pada tanggal 28 Desember 1932 di Kaliurang Yogjakarta.
Sebenarnya sebelum tahun 1924 sudah ada organisasi mahasiswa Kristen yang berdiri secara spontan. Di Jakarta sendiri ada “Vereniging Christelijke Studenten” yang dipimpin oleh Leimena dan Tindas. Mereka malah mempunyai organ yang bernama Wegwijzer (Petunjuk Jalan) yang terbit sampai tahun 1924.
Di Bandung ada “Bandung CSV” dan “ De Dageraad” (Fajar) dengan sebuah organ yang bernama “De Christelijke Jonglingenbade” dengan redaksi W.H.Tutuarima dan J. Wattimena. Di Surabaya sejak tahun 1913 para pelajar NIAS terlah mendirikan “Jong Indie”. Sepanjang sejarahnya selama 12 Tahun CSV op Java dipimpin oleh Leimena (1932-1936), Mr Khouw (1936-1939), dan Kemabli Leimena (1939-1942).
Tonggak sejarah cukup penting dalam kehidupan CSV op Java ketika dilaksanakannya Konperensi Citerup pada tahun 1933 yang diprakarsai oleh WSCF, konprensi ini dihadiri oleh GMK-GMK se-Asia. Leimena dalam sambutannya menjelaskan Tugas CSV op Java yang harus berjuang dalam konteks penjajahan dan pergerakan nasional. “ The Indonesian Christian Student must not shouw that bicause being christian, they also belong to the “sana” (Eraopean Grup), but that their vocation and Christian duty is to work altogether as felow workes in the building up of Indonesian people, to Which they folk and that they must realize that bicause they have had the adventage of education, They are priviladged calss”
Pemikiran dan sikap Nasionalisme dan Kekristenan Leimena sebenarnya banyak diasah ketika Leimena aktif dalam CSV op Java. Perjumpaannya dengan C.L Van Doorn dalam penalaan Alkitab semakin memperkuat sikapnya untuk berjuang bersama bangsanya melawan kolonialisme yang mindas hak-hak asasi manusia.
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia selama kurang lebih tiga tahun sejak tahun 1942, pemerintah kolonial Jepang melarang kegiatan-kegiatan oprganisasi yang dibentuk di zaman Hindia Belanda. Hal yang sama juga berlaku kepada CSV op Java yang didirikan di Zaman Hindia Belanda, CSV op Java secara organisatoris otomatis berhenti melakukan aktivitas. Namun pertemuannya secara terselubung antara anggota-anggotanya masih terus dilakukan.
Hal ini disebabkan pemerintah kolonial waktu itu masih memberikan kelonggaran menyelenggarakan pertemuan-pertemuan dengan syarat dilaporkan terlebih dahulu (tempat, waktu dan peserta). Di Jakarta misalnya masih diselenggarakan Hari Doa Mahasiswa se-Dunia (HDMS) bertempat di STT Jakarta.
Selain itu setiap minggu sekitar 15 Orang masih berkumpul di Bijbelkring yang dipimpin oleh Sucipto mantan sekretaris CSV op Java. Setelah Proklamasi ketika para pemuda membentuk berbagi barisan untuk mempertahankan proklamasi, mahasiswa hukum dan kedokteran membentuk satu organisasi mahasiswa kristen menggantikan CSV op Java. Organisasi yang dibentuk di STT Jakarta itu namanya PMKI (Perhimpunan Mahasiswa Kristen Indonesia) yang diketuai oleh Johanes Leimena dan O.E. Enggelen sebagai sekretarisnya.
Di sisi yang lain muncul pula CSV Baru yang lebih berpihak kepada pemerintah Belanda. Kedua organisasi ini tidak dapat ketemu karena berbeda pandangannya tentang perjuangan nasional saat itu, Karena menyadari betapa rumitnya hubungan PMKI dan CSV maka sejak bulan Februari 1949, di Jakarta telah dibentuk satu “JOINT CAOMITTE” PMKI dan CSV untuk mencari penyelesaian masalah itu. Anggotanya terdiri dari J.Ch.L.Abineno, Ds.J.Boland dan Dr.O.E.Engelen.Penyelesaian Konflik Indonesia-Belanda malalui perundingan dalam Konprensi Meja Bundar (KMB) turut membawa angin segar bagi penyatuan kedua organisasi ini.
Pada tanggal 9 Februari 1950, diadakan rapat di rumah Dr Johanes Leimena yang meng hasilkan satu kompromi. Kedua organisasi ini bersepakat membentuk satu organisasi baru untuk menampung anggota kedua organisasi ini, organisasi ini yang kemudian dikenal dengan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), “Om Jo” kemudian ditetapkan sebagai ketua umum pertama.
Pada saat itu Leimena menyampaikan pidato monumentalnya kepada GMKI : “Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen Khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah sebuah pusat Sekolah Latihan (leerschool) daripada orang-orang yang mau bertanggung jawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan dari pada negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesselschaft malainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dengan Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam Gereja, maupun dalam nusa dan bangsa. Ia berdiri ditengah-tengah dua Proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan injil kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya……”

3. Kiprah Leimena Dalam Pemerintahan Indonesia
Untuk itu maka, melalui tulisan ini Kami berharap Orang Maluku dan Potensi Bangsa Indonesia dapat kembali memberikan nilai penghargaan yang layak bagi Sosok seorang Dr. Johanes Leimena.
Menelusuri kiprah Om Jo dalam pemerintahan dimulai dengan jejak pendidikannya. Jenjeng pendidikan pertama adalah Christelijke Europeesche Lagere School, tamat tahun 1919 kemudian melanjutkan pendidikan MULO Jakart, tamat pada tahun 1922. Selanjutnya STOVIA Jakarta, tamat pada tahun 1930. Om Jo kemudian melanjutkan pendidikan Kedokteran di Doctor in de Geneskunde, tamat pada tahun 1939.
Karier Pegawai Negeri Om Jo, antara lain Pegawai Tinggi Departemen Kesehatan RI, mulai 30 Juli 1953 s/d 09 April1957. Sebagai orang yang aktif dalam pemerintahan, Om Jo pernah dipercayakan dalam jabatan sebagai Menteri Muda Kesehatan dalam pemeritahan yang terbentuk pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945. Setelah penyerahan kedaulatan dari pemerintahan colonial belanda ke Pemerintahan Indonesia (Desember 1949) terbentuklah Pemerintahan RIS, dimana Om Jo menjabat Menteri Kesehatan sampai pada pemeritahan NKRI (Terbentuk Agustus 1950).
Kiprah Om Jo dalam Pemerintahan lebih menonjol pada periode pemerintahan demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno (1960 – 1967), dimana dokumen Negara RI mencatat Dr. Johanes Leimena (Om Jo) pernah memegang jabatan Wakil Perdana Menteri, Pejabat Presiden, dan Sekretaris Negara.
Jabatan lain dalam lembaga tinggi Negara antara lain Anggota DPR RI / Anggota Konstituante/Wakil Ketua Konstituante RI (Tahun 1956 – 1959), Carataker Wakil KetuaI Dewan Pertimbangan Agung RI (Tanggal 26 Juli 1966 sampai 14 Februari 1968), Anggota Dewan Pertimbangan Agung RI (Tanggal 14 Februari 1968 sampai 8 Agustus 1973).
Atas komitmen yang kuat dari Om Jo dalam membangun Bangsa ini, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan sejumlah tanda jasa/kehormatan diantaranya Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra Kelas II, Satya Lancana Pembangunan, Satya Lancana Kemerdekaan, Satya Lancana Karya Satya Kelas I. Selain itu juga dari Pemerintahan Negara – Negara Asing diantaranya Sikatuna Lokan (Filipina), Condor de Los Andes (Bolivia), The Order 23rd of Agustus’2nd Class (Rumania), Ordenom Yugoslavenska Zet tave I Ridar (Yugoslavia), Al Merito (Ekuador), Bintang Penghargaan (Thailand), Bintang Penghargaan Republik Persatuan Arab, Bintang Jasa dan Penghormatan (Kamboja), Bintang Jasa dan Penghormatan (Meksiko).
Dari paparan diatas, jelas bagi kita bahwa seorang Dr Johanes Leimena punya komitmen yang kuat dalam kemajuan bangsa ini. Karenanya sudah selayaknya saat ini kita memberikan penghargaan kepada beliau sebagai bentuk penghormatan tertinggi bangsa ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar