Samuel Warella

Selasa, 27 September 2011

Meja Makan ; Sarana Mendidik (oleh Ronny Tamaela)

Meja Makan ; Sarana Mendidik

oleh Ronny Tamaela pada 22 Juni 2011
Asumsi Meja Makan
Semua orang pasti memahami dan tahu tentang apa itu meja, benda tersebut berasal dari material kayu yang dibentuk dari gerak ide sebagai abstraksi dan meja menjadi bentuk matreal.Meja adalah kenyataan dari gagasan manusia, sebagai hasil cipta dari ide. Meja sebagai hasil cipta manusia tentu diciptakan dalam asa pemanfaatan guna dipakai sebagai kebutuhan.Kebutuhan tersebut sering dipakai untuk meperindah ruang tamu sebagai hiasan perabot ruangan tamu, atau biasanya digunakan tempat untuk menyajikan makanan,dan sesuai porsi apa saja dengan kebutuhan kita dengan meja itu sendiri.

Meja dalam kosmologi maluku sebagai tempat duduk bersama untuk memecahkan masalah, sebagai sarana berdialog, makan patita, meja makan adalah media tradisonal yang selalu ada untuk bisa menujukan rasa kekeluragaan yang tingg dari sebuah peradaban masyarakat sosial yang luas dan bahkan dalam linggkup klan (keluaraga). Meja dalam asumsi lebih terarah dan yang ingin saya lihat adalah meja makan. 

Meja dalam fungsinya ternyata memiliki arti yang tersendiri sebagai sebuah tempat sajian. Mungkin sederhana menceritakan meja dengan fungsinya bagi kebutuhan manusia. Dalam ruang waktu tertentu kita bisa menggunakan meja sebagai apa yang kita inginkan, kenapa demikian, meja hanya bendah mati yang sesuka hati dan keinginankan kita untuk gunakan. Hal yang sering digunakan sebagai fungsi meja oleh kita adalah, meja berfungsi sebagai tempat sajian makanan keluarga. 

Meja Makan Sebagai Tradisi
Melihat kebiasaan setiap hari dari warisan keluarga, kita memiliki banyak cerita tentang tradisi meja makan. Siapa pun, di mana pun, sebuah tatanan keluarga dalam penataan tata-ruang tentu ada tempat untuk meporsikan meja sebagai tempat makan keluarga. Artinya apa? Ada sebua penataan tempat untuk duduk bersama untuk keluaraga. Keliahayatanya meja makan sebagai tempat berjumpa dan berkumpul untuk duduk bersama pada waktu tertentu tepat pada jam makan.

Meja makan dalam tradisi selalu mengandung pesan-pesan hidup (ilmu hidup). Di meja makan bukan saja makan tetapi biasanya dinamika dipenuhi dengan gagasan interaksi satu dengan yang lain. Ambil makanan jang lebih dari pada yang laeng (inga-inga orang laeng), laeng sayang laeng, dll.Dengan melihat kearifan yang sederhana itu maka mencertikan pengalaman tersebut sebaagai gagasan kebaikan untuk kembalih mempertimkan guna dan manfaat untuk kenyataan hidup kita hidup dalam perubahan sosial masyarakat.

Menceritakan ulang setiap kenyataan kehidupan keluarga kita pada konteks meja makan, tentunya memiliki cerita-cerita yang bervariasi dengan pesan dan kesan tersendiri sebagai bentuk respon penghormatan terhadap meja makan tersebut.

Meceritakan kisah sendiri, mengulang sambil melakukan tanggapan terhadap tatanan nilai yang sejak lama telah ditanam sebagai kebaikan-kebaikan hidup. Sekarang saya pun tidak tahu bagaimana meja makan tersebut masih dimaknakan lagi ataukah tidak bagi kehidupan keluarga ataukah tidak.

Saya hidup di keluarga yang sederhana, mama dan bapa (tata) saya bekerja sebagai seorang petani. Kehidupan kami sesunggunya bergantung dari hasil kebun dan sekali-kali hasil laut. Keseharian mereka melakukan aktifitas rutin untuk mencari nafka dengan pergi berkebun (kabong)

Jadwal pergi itu dijalani selama satu (1) minggu atau tujuh (7) hari penuh dan hari minggu adalah waktu istirahat. Awal berangkat, pergi pagi, tepat jam tujuh pagi (07.00) WIT bersamaan dengan saya berangkat ke sekolah dan melakukan perjalanan dengan jaraknya rata-rata adalah sekitar 15-20 km. Biasanya mereka pulang dan mengakhiri pekerjaan dikebun untuk aktifitas satu hari pada pukul lima sore (17.00) WIT dan perjalanan pulang bisa sampai di rumah sekitar jam enam sore (18.00) WIT sampai Jam tujuh malam (19.00)WIT.

Aktifitas harian yang seperti ini kalau mama dan bapa (tata) pulang dari kebun biasanya saudara (kaka) perempuan sudah menyipakan makanan untuk makan bersama. Hidangan kaladi, ikan sayur lengkap sambal sudah ada dan kalau orang tua baru pulang dari kebun (kabong) lebih sedap makan papeda jadi harus tunggu untuk bikin papeda. Semuanya baru lengkap...!!

Ketika semua makanan sudah lengkap tersaji di meja makan seterusnya, semua sama-sama dipanggil untuk makan. Biasanya sebelum makan ada salah satu dari kita adik berkakak yang ditunjuk untuk berdoa, atau langsung didoakan oleh bapak atau mama untuk berdoa. Setelah itu semuanya makan bersama, biasanya ada syarat-syarat yang selalu dijanjikan (janjian-janjian) pada waktu duduk di meja makan, “ingatang..!! kalau makan timbah makan jang babunyi, makan jangan berbicara (bacarita), jangan pernah kasi tinggal makanan di meja makan kalau belum selesai makan (apa pun alasanya), kalau hidop orang adi-kaka laeng musti sayang laeng, jang hidop deng baku mara .

Biasanya penutup dari acara makan itu, bapa sudah mulai memberikan nasehat (kasi bicara) bagaimana sudahnya kehidupan, selalu saja bagaimana mencari nafka dengan cara berkebun (mencari tulang). Sehingga yang tebagun adalah motifasi untuk kehidupan saya dan seluruh bersama yang ada untuk punya orientasi hidup kedepan. Setelah itu baru berdoa kembali bersama untuk mengakhiri seluruh makan itu.

Apa yang menarik dari meja makan..??
Kelihatannya deskripsi cerita tersebut cuma cerita biasa. Apa kaitannya dengan internalisasi nilai meja makan tersebut. Dari cerita tesebut berupaya memberi gambaran untuk melihat seperti apa peranan meja makan dalam kenyataan kehidupan sosial keluarga.

Dari pola sederhana aktifitas kehidupan masyarakat, hampi seluruh kehidupan sebuah keluarga memiliki tingkat aktifitas pekerjaan yang menyita waktu seluruh anggota keluarga, entah dari pekerjaan dari orang atau anak-anak dengan aktifitas sekolah dll. Penyita waktu dalam pengertian tingkat kesibukan mengurangi waktu untuk bagaimana orang tua bertanggungjawab untuk menjalankan peran sebagai pengayom dalam peran mendidik keluarga dalam hal ini anak-anak. 

Meja makan menyajikan waktu untuk mengumpulkan keluarga secarah utuh setiap hari tanpa menunggu waktu yang tepat untuk berjumpa dan berdialog secara mendalam dengan seisi keluarga, istri, anak-anak. Dialog yang dimaksudkan adalah nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang tua. Tetapi dalam kenyataannya bahwa nasehat dimeja makan merupakan komunikasi yang satu arah sebagai kelemahan yang ada pada komunikasi tersebut. Kelemahan tersebut bukan berarti tidak layak untuk dipakai tetapi bahwa meja-makan telah menyajikan suasana (kontak) dan embrio untuk melakukan pendidikan yang berbasis dialog dua arah orang tua dan anak. lebih jauh mengalih itu bisa dibandingkan dengan pemikiran paulo freire tentang pendidikan yang membebaskan. 

Peringatan untuk tidak boleh meninggalkan meja makan merupakan bentuk bentuk pengharagaan terhadap makanan. Bukan sekedar makanan tetapi menghargai jerih payah dan usaha. Jangan meninggalkan meja makan merupakan bentuk sakralisasi meja makan yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa penghargaan terhadap makanan.

Penghargaan terhadap makanan sebagai penghargaan jerih payah atau usaha yang dilakukan sebagai perjuangan hidup, bagaimana merasakan upaya mendapat makanan dengan hasil dengan berkebun, bekerja ditenggah-tengah terik matahari. Kelelahan dan kesengsaraan adalah kesengsaraan diri sendiri dari orang tua. Hal tersebut menujukan bagaimana menghargai harus di mulai dari sendiri, sehingga menjadi gaya hidup untuk berjumpa dengan orang lain.

Meja makan memeberi ruang sebagai wahana emosional untuk mengikat emosianal keluarga. Ada bahasa yang sederhana “ingatang laeng sayang laeng, janga laeng mara laeng”. Secara sadar dan sederhana orang tua membangun karakter anaknya untuk saling mengharagai, mengasihi sesama saudara tetapi , walaupun itu terbatas pada ikatan solidararitas keluarga. 

Meja makan VS Makan Cepat Saji!!   
Modernitas merupakan era dimana kita hidup didunia seakan-akan segalanya menjadi mudah. Kemudahan dapat diperoleh dengan "asal ada uang semua beres", dengan uang kita bisa mendapatkan segala kebutuhan dengan cepat, lesat, tanpa bersuah payah untuk sebuah peroses pengolahan. 

Tak terhindarkan, kita di Ambon juga mengalami apa yang dinamakan dengan modern. Tampak bahwa hampir dibeberapa waktu terakhir bermunculan berabagai tokoh-tokoh hp, laptop yang menawarkan berbagai produk baru yang mungkin duluh kita melihat barang-barang tersebut sebagai barang mewah tetapi tidak lagi karena yang penting ada uang semua dapat dimiliki. 

Selain barang-barang elktronik tetapi juga bahwa ada sekian banyak menu siap saji dengan gaya penyajian modern yang begitu dipesan dalam waktu yang cukup singkat maka hadirlah menu istimewa, siap santap. Khusus untuk tempat-tempat makan siap saji seperti KFC, CFC dll, adalah tempat yang dikonstruksi sedemikian rupa sehingga menarik dan nyaman untuk pelanggan atau orang yang berkunjung sedap menikmati hidangan. Dari segi suasana enak untuk memanjakan diri sambil menikmati. Terserah bahwa siapa siapa saja yang datang ingin bercerita, mau tertawa, bercanda sampai naikan kaki setinggi tingginya tidak menjadi masalah.

Tawaran-tawaran kenyataan moderen seperti ini menjadi sangat menarik bagi siapa saja, baik orang tua, dewasa, remaja bahkan anak-anak. Dunia modern selalu menawarkan inovasi-inovasi, dan siapa yang terlambat maka ketinggalan. Hal-hal ini sangat menarik dan cepat mengambil simpati semua orang. 

Memandang tawaran-tawar modern sebenarnya juga memiliki nilai positif dari segi waktu, dari segi informasi, dan komunikasi. Aktifitas seseorang yang padat dan tidak punya banyak waktu, harus masak dan makan maka makanan cepat saji jawabannya, untuk menghubungi klien, atau teman kerja dengan cepat orang berkomunikasi, mau mendapatkan informasi tetang kebutuhan tugas, kantoran, makan internetan jawabannya. Segala hal menjadi cepat dan mudah untuk dicapai. Wahhh..mantap e

Mengingat meja makan hari ini mungkin tidak relevan lagi untuk seseorang yang sibuk, anak sekolah stres karena tantangan pendidikan yang makin memacu, atapun menu masakan yang yang monoton. Apa lagi santapan nasehat yang membuat otak di kepala mau pecah dengan banyak arahan yang berbelit-belit.

 Dari perubahan-perubahan sosial demikin, pentingkah untuk kembali melihat tradisi-tradisi kita untuk bisa mengawal sikap hidup kita. Kita telah mengalami modernisasi dan hal tersebut tidak dapat dihindari dengan cara menolak secara keras, tetapi mungkinkah kita hanya mengikuti apa yang dikomandokan oleh modernisasi?tentunya kita tidak bisa membiarkan diri kita diserap tanpa melakukan pertimbangan bahwa apakah ini baik untuk kita atauka tidak. Gagasan meja makan ini hanya ingin mengingatkan kita untuk membanding-banding pola-pola perubahan terhadap hidup kita dan memberi penawaran untuk tetap melihat kearifan-kearifan kita sebagai manusia, sebagai orang maluku yang berperadaban tinggi.

Sedikit kegelisahan untuk kembali mempertimbangkan tradisi meja makan sebagai sarana mendidik dengan membuat komparasi pada perubahan sosial masyarakat pada dunia memberi kita untuk berhati-hati dengan untuk melakukan pilihan-pilahan dalam hidup bermasyarakat. Pilihan-pilihan yang dimaksudakan adalah kita tetap mengikuti perkembangan masyarakat tetapi seharusnya ada hal-hal yang tetap mengontrol untuk tetap menjaga kebaikan-kebaikan hidup dalam kelompok masyarakat.

Hormat!!
 

4 komentar:

  1. Stuju saat paling tepat untuk share bersama keluarga yakni pada saat makan bersama.. tp jangan lupa hidangannya harus lezat agar pembicraan tetap berjalan lancar.. hemm

    BalasHapus
  2. Meja makan jadi wadah komunikasi keluarga setelah seharian larut dalam kesibukan masing2. Tradisi keluarga yang sayang untuk ditinggalkan..

    BalasHapus
  3. gimana kalo ada kebiasaan makan di meja makan tdk bisa ribut??hehe...

    BalasHapus
  4. bagaimana menciptakan tradisi "MEJA MAKAN " yang jarang dilakukan oleh keluarga yg sibuk..." orang2 kota, orang2 bussiness, dll " ?????

    BalasHapus