Samuel Warella

Senin, 26 September 2011

Harapan Sektor Kelautan Maluku dari Sail Banda (Samuel Y. Warella)

Harapan Sektor Kelautan Maluku dari Sail Banda
(Samuel Y. Warella)

Ketika Gong PerdamaianDunia dibunyikan di tanah Maluku, menandakan simbol kedamaian yang sakral baginegri ini dengan salah satu harapan akan masuknya ivestasi diberbagai sektor.Kini hadir pula Even Internasional Sail Banda yang berlangsung di ProvinsiMaluku sebagai ajang promosi negeri seribu pulai ini di dunia Internasional,dengan harapan yang sama masuknya investasi.
Indonesia dikenal sebagainegara maritim dan kepulauan terbesar di dunia dan Maluku adalah salah satupropinsi kepulauan terbesar. Selain peran geopolitik, laut juga memiliki perangeoekonomi, laut kita mengandung kekayaan alam yang sangat besar dan beranekaragam. Dari perspektif ekonomi sektor rill, satu-satunya yang membuat optimismebanga Indonesia  untuk keluar darijebakan krisis monoter adalah sumber daya alam yang kaya dan beragam. Namunpengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di maluku dari sudut pandangpembangunan berkelanjutan dihadapkan pada kondisi yang mendua atau berada dipersimpangan jalan. Disatu pihak, ada kawasan yang belum sama sekali tersentuholeh aktivitas pembangunan, namun di pihak lain terdapat beberapa kawasanpesisir yang telah dimanfaatkan (dikembangkan) dengan insentif. Akibatnya,terlihat indikasi telah terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan(potensi laut) dari ekosistem pesisir dan lautan, seperti pencemaran, tangkaplebih (over fishing), degradasi fisikhabitat pesisir, dan abrasi pantai. Fenomena ini telah dan masih berlangsung,terutama di kawasan Laut Arafura, Banda, dan Seram.
Pada umumnya para nelayanmasih mengalami keterbatasan teknologi penangkapan sehingga wilayah operasi punmenjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. Disamping itu,ketergantungan terhadap musim sangat tingi dan tidak setiap saat nelayan bisamelaut, terutama pada musim ombat yang berlangsung lebih dari satu bulan.Kondisi ini tidak menguntungkan nelayan karena secara riil rata-rata pendapatanper bulan menjadi lebih kecil. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifatkompleks dan multidimensional, baik dilihat dari aspek kultural maupun aspekstruktural. Menghadapi kenyataan ini, tampaknya perlu dibentuk suatu lembagaekonomi formal apa pun namanya yang berfungsi untuk: (1) menutup hutang nelayankepada tengkulak dan mengalihkan pinjaman itu sebagai pinjaman kepada lembaga;(2) memberikan kredit kepada nelayan, baik dalam bentuk uang maupun barang(peralatan tangkap, bahan bakar, dan kebutuhan sehari-harinya); (3) membelihasil tangkapan atau membantu pemasaran agar memperoleh harga yang pantas.
Penetapan maluku sebagailumbung ikan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyona pada 3 Agustun,kiranya dapat berlanjut juga pada penetapan Maluku sebagai propinsi kepulauan yangjuga bertujuan mamajukan pembangunan di kawasan timur Indonesia. Penetapan inijuga didukung dengan realisasi 1.000 kapal bagi nelayan yang dijanjikanpemerintah sangat di nantikan oleh nelayan, termasuk nelayan di Maluku. Hal inidiharapkan kiranya dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapannelayan. Tetapi yang mesti di perhatikan juga ialah selain masalah produksi,maka masalah pemasaran juga dihadapi oleh nelayan. Hal ini kemudian seharusnyamenjadi porsi pemerintah untuk bisa menyakinkan investor untuk berinvestasi diMaluku, tidak hanya untuk penangkapan ikan tetapi juga untuk membangun industripengolahan. Bagi Maluku, semua upaya pembangunan yang telah dilakukan selamaini oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku bagai membangun istana pasir,sirna begita saja diterpa badai.
Apabila kita dapatmemanfaatkan sumber daya alam ini secara optimal, efisien dan berkesinambungan,tidak mustahil Maluku dapat mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri serta adildan makmur. Sudah barang tentu untuk itu diperlukan iklim sosial politiknyayang bersifat kondusif. Pada test case selamakrisis sektor-sektor riil yang berbasis sumber daya alam terbukti memberikanharapan. Sektor perikanan salah satunya, ketika semua sektor memberikan tingkatpertumbuhan negatif, sektor ini justru kebalikannya. Hal ini dikarenakan sektorperikanan menggunakan rupiah pada faktor produksinya sementara transaksipenjualan ke pasar dunia menggunakan nilai dolar. Masa depan anak cucu negeri Maluku adalah Laut.

2 komentar:

  1. Berbicara soal laut yg menjadi pertanyaaan yg harus dilihat yaitu maluku kaya akan hasil laut, tapi yg menjadi tanda tanya mengapa anak cucu negri maluku tidak megembangkan dan memanfaatkan dan melestariakan hasil laut itu?? malah org dari luar maluku bahkan org dri luar negri yg banyk mengelolah hasil laut kita.padahal dikatakan masa depan anak cucu adalah laut.

    BalasHapus
  2. sementara Draf UU Provinsi Kepulauan telah diusulkan ke DPR RI untuk dibahas dan disahkan... tujuannya adalah untuk mengembangan dan pemberdayaan masyarakat maluku dan pengembangan potensi laut maluku... karena yang menjadi persoalan sampai saat itu pemerintah daerah tidak mampu memberdayakan pengelolaan potensi sumber-sumber kelautan yang ada dimaluku karena masalah dana pemda yang terbatas,... harapannya dengan disahkan UU tersebut Maluku dan 6 provinsi laiinya dapat mengelolah lautnya dengan maksimal.

    BalasHapus